tulisan ini berkisah tentang suka duka seorang guru dalam mengajar dan mendidik. Namun lebih banyak bercerita tentang pengalaman menajar di Bumi Dayak Benoa Kaltim
Sabtu, 11 Juni 2016
YATIM PIATU
"Gak usah kuwatir tentang saya Pak, " tatapanya kosong. Tak ada senyum sedikitpun.
"Lho kenapa?" tanyaku heran.
"Saya tidak akan sekolah lagi. Saya disuruh keluar. Tidak akan dibiayai," wajahnya tetap datar. Pandangannya pun tak ada harapan.
"Katanya saya nakal Pak."
"Boleh tahu bagaimana nakalmu? tanyaku menyelidik
"Telinga ditindik. Ditindik tidak mengganggu orang lain kan? Kenapa nggak boleh?" Alasannya masuk akal juga. Baginya, nakal identik mengganggu orang lain. Sedangkan dia tidak pernah melakukan kegiatan yang mengganggu orang lain.
"Penampilanmu seperti itu boleh, tapi lihat tempatnya, kamu masih pelajar. Jangan ikut -ikutan anak yang tidak sekolah."
"Teman saya yang sekolah di SMK juga pakai lo Pak," nadanya makin meninggi. Dia mempertahankan pendapatnya.
"Apakah dipakai juga di sekolah?" tanyaku berusaha meredam emosi
"Kalu juga sering membolos kan?" tanyaku lagi
+ Saya sering bolos Pak. Dariapada guru marah pada saya.'Wajahnya kelihatan murung. Pandanganya menunduk. Aku pun ikut menunduk. Tak sengaja memperhatikan sepatu yang dipakai. Warnanya kusam. Ujung sepatunya berlobang. Jempol kakinya kelihatan sedikit.
"Apakah benar kamu nakal? Boleh tahu kenakalanmu?"
"Saya sering membolos Pak. Saya tidak kerasan di sekolah. Hampir semua guru marah pada saya."
"Budemu tidak tahu kalau kamu membolos?"
"Tahu Pak. saya juga cerita kalau saya membolos. Tapi saya langsung pergi ngarit. Saya di rumah juga mau kerja lo Pak. Pulang sekolah ngarit, ada kambinng dua ekor. Bahkan kalau malam juga bantu Mbokde jualan kopi di pinggir jalan,"
Kuperhatikan penampilannya. Bajunya tak berserika. Celana yang dipakai pun hanya sebatas lutut. Padahal aturan di sekolah ini harus bercelana panjang. Ketika ditanya, telanjur salah menjahitkan. Akan beli yang baru tidak ada uang.
Guru-gurunya mengeluh. Kalau di kelas tidak pernah memperhatikan penjelasan gurunya. Dia sibuk sendirian. Ternyata sudah yatim piatu. Dia ditinggal ayahnya sejak masih dalam kandungan. Ibunya meningggal ketika dia kelas 2 SD. Akhirnya hidup bersama budenya yang hanya penjual kopi di pinggir jalan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar