Minggu, 26 Juni 2016

IJIN 10 HARI



IJIN 10 HARI

“Pak Guru, saya minta ijin. Aanak saya tidak masuk 10 hari,” kata salah seorang wali murid ke sekolah.
“!0 hari? Tidak cukup 3 hari saja Pak?” tanyaku penuh keheranan.
“Bantu ngetam Pak Guru.Ladangnya jauh, 3 jam jalan kaki dari sini,” jawab wali murid itu penuh semangat.Musim panen.

Kami tidak bisa mAnak adalah tenaga kerja.Orang tua mau datang ke sekolah pun sudah perhatian yang sangat bagus.Biasanya anak-anak yang minta ijin pada gurunya.Minta ijin 5 hari, seminggu, hal yang biasa.
“Pak besok saya minta ijin lima hari,” kata salah seorang siswa.
“Kemana?Musim panen?” tanyaku sok tahu.
“Tidak Pak, saya mencari perekonomian,” jawabnya serius.
“Perekonomian?” tanyaku mengulang tidak memahami maksudnya
“Ya Pak cari upahan ngangkut nanas di ladang. Saya belum bayar SPP 5 bulan,”
SPP di sekolah saat itu empat ratus rupiah.Setara tiga ikat kacang panjang.Jika anak-anak minta ijin seperti itu, berarti mereka sekolah atas kemauan sendiri.Bukan kemauan orang tua.Sehingga uang sekolah harus mencari sendiri.Dan itu dilakukan anak-anak dengan penuh semangat.

Semangat suku Dayak Benoa untuk sekolah lebih tinggi disbanding suku lain yang berada di Kecamatan Jempang.Karena dukungan orang tua sangat minim.Keadaan ekonomi pun berbeda dengan suku pendatang. Anak-anak Banjar, Bugis, Kutai, biasanya lebih mapan. Pekerjaan orang tua mereka nelayan.Rupanya Danau Jempang sangat melimpah hasil ikannya, sehingga kehidupan nelayan lebih baik dari pada petani yang rata-rata dilakukan oleh penduduk asli Dayak Benoa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar