Minggu, 26 Juni 2016

AIR MATI AIR HIDUP



AIR MATI AIR HIDUP

“Buk, saya minta air mati,’ kata teman saya M Saberah ketika berlibur di Yogyakarta bersama saya. Saya asyik makan gudeg, sedangkan P Saberah nunggu dilayani soto ayam.
“Air mati ki apa ta Mas?;” (Air mati itu apa Mas) Tanya pemilik warung dengan logat Jawa nya yang kental.
“Ya bukan air hidup Buk. Saya langsunmg pilek kalau minum air hidup,” Pak Saberah serius menjelaskan alas an permintaan air minumnya.

“Kok anek air hidup ki apa meneh ta?” (Kok ada air hidup, apalagi ini?) Pemilik warung yang berusia lima puluhan tahun itu bertanya lagi sambil memberikaan pesanan nasi soto ayam kepada Pak Saberah.
“Wah Buk saya tidak bisa makan kecambah hidup.Nggak mau makan saya.” Pak Saberah menolak makanan sop ayam yang dipesannya dengan nada kesal. Maklum menahan lapar. Apalagi rasa capek setelah berjalan-jalan di Malioboro.

Saya terkejut.Pemilik warung pun terkejut tidak mengerti.
“Buk, maksudnya, jangan diberi kecambah mentah.Kecambah hidup itu kecambah mentah.Dia nggak bisa makan itu.Maaf Buk bukan orang Jawa.Teman dari Kalimantan,” Saya berusaha menjelaskan permasalahannya.Kulihat Pak Saberah masih cemberut.Ada senyum sedikit menyadari kesalahpahaman ini.

“Buk kecambahnya biar diberikan ke saya saja, nggak usah diganti nasi baru,” pinta saya.
“Nggak Mas, saya ganti yang baru saja, nggak apa apa kok,”
“Gak usah Buk, biar nanti saya makan.Kebetulan saya lapar banget,” Aku agak berbohong agar ibuk penjual nasi tidak rugi karena salah menyajikan makanan.

Nasi pesnana soto ayam sudah diterima dan dimakan dengan lahapnya. Nada kesal terlupakan dengan rasa lapar yang harus segera disembuhkan. Tak lama, soto ayam pun habis.
“buk air matinya mana?” Tanya P saberah sambil menahan rasa pedas.Dia lupa, di Jawa sambal selalu dibuat dari cabe kecil. Berbeda dengan di Kalimantan, sambial sering dibuat dari cabe merah besar sehingga kadar pedasnya agak berkurang.

Saya pun segera mentralisir perkataan P Saebarah.“Air mati, itu air yang direbus Buk. Air hidup itu banyu mentah,”
“O alah banyu tawa ta Mas,” jawabnya sambil tersenyum dan menuangkan air putih ke gelas dan diberikan kepada Pak Saberah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar