Minggu, 26 Juni 2016

TIDUR DI LAMIN BERSAMA TURIS

TIDUR DI LAMIN BERSAMA TURIS ( A NIGKT AT THE LONG HOUSE OF DAYAK BENUAQ WITH WEST TOURIST)

 Upacara adat bunuh babi yang dijadwalkan malam itu ternyata ditunda.
Entah apa permasalahannya kami kurang tahu. Padahal saya sudah promosi ke Mr Pieter Polisi Hutan dari Brazil itu bahwa sore ini ada upacara adat bunuh babi. Kami pun tidur di lamin. Maklum tidak ada penginapan.Satu rauang berukuran 10 x 4 meter itu ada 4 tempat tidur.Masing-masing cukup untuk dua orang.

Kami dipilihkan tempat yang paling ujung dekat dinding. Rasa capek dari berjalan kaki naik turun bukit sejauh 12 km cukup menguras tenaga. Kami segera terlelap tidur. Tiba-tiba saya dibangunkan Mr Pieter yang tidur di sebelah saya. Jam di tangan saya lihat.

Masih pukul 01.15 tengah malam.Saya tidak mengerti mengapa dia membangunkan saya. “Ada apa? Orang dayak tengah malam bangun. Berbicara keras-keras,” tanyanya melihat kebingunganku Saya pun bingung.

Ada apa? Saya coba menyimak pembicaraannya.Taka da yang aneh.Ngobrol biasa.Kucoba duduk dan melihat mereka.Asyik bercengkerama sambil merokok dan minum teh.

Saya menggelengkan kepala sambil memandang Mr. Pieter. 20 menit kemudian, mereka baring. Tidur.Dan begitu cepatnya terleap.Kami berdua saling pandang.Tersenyum.Kemudian sama-sama berbaring.Saya juga baru kali ini tidur bersama orang banyak di lamin.Jadi baru tahu kebiasaan mereka.Tengah malam bangun.

Merokok, ngobrol.Tidur lagi. Esoknya kami terlambat bangun.Segera turun dari lamin menuju sungai.Ada jamban tempat mandi cuci dan buang air besar.Saya pun sudah adap tasi, mandi di tepi sungai di atas papan dengan hanya bercelana pendek.

Untunglah turis ini juga bisa adaptasi mandi di tepi sungai.Bahkan digodai ibuk-ibuk. “Pak Budi, sampaikan ke turis itu. Kulitnya mulus,” Mr. Pieter hanya tersenyum setelah saya terjemahkan. Dia pun dengan ramah mengatakan “Terimakasih,”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar