Minggu, 26 Juni 2016

TURIS JEPANG DEMAM

TURIS JEPANG DEMAM
Berangkat dengan penuh semangat.Menyeberangi Danau jempang dan Sungai Ohong yang sangat terkenal bagi wisatwan asing.Bisa melihat kehidupan penduduk sekitar serta keindanhan hutan manrove. Namun keindahan yang terbayangkan itu sirna bagi orang jepang yang guru matematika itu.

Dia takut naik perahu kecil yang sudah dicarternya.Dududk di perahu sangat tegang.Tidak bisa santai, sehingga setiap gerakannya selalu membuat perahu terasa digerakkan oleh refleknya. Dia minta turun untuk berjalan kaki.Tapi tidak mungkin.

Karena tidak ada jalan yang bisa dilewati jika turun di tengah perjalanan alur sungai. Sesampai di tujuan kampong Mancong, dia turun dan bilang tidak mau naik perahu lagi.Pulang ingin jalan kaki.Tetapi pemilik perahu masih menunggu dengan setia.Dia tidak percaya karena sudah dicarter pulang pergi. Betapa terkejutnya saya ketiuka dia benar-benar tidak mau naik perahu.Harus jalan kaki.14 km naik turun bukit.

Akhirnya perahu pun kembali tanpa kami. Namun keceriaan di jalan membuat saya agak lega.MR Zakudo itu menikmati jalan kakinya.Apalagi ketika diajak berbelok ke ladang minta buah nanas pelepas rasa penat di tengah perjalanan.

Sampailah di Tanjung isuy tempat tinggal saya.Dia langsung minta ijin mandi.Udara sangat panas.Ditambah lagi perjalanan cukup jauh daan naik turun tanjakan bukit. “jangan mandi. Tunggu keringat kering dulu, baru mandi,” saya melarang dia.

 Tetapi dia tetep ngotot.Di Jepang biasa. “Ini Indonesia, daerah tropis.Berbeda dengan jepang,” rayuku berharap dia tidak segera mandi.

 Akhirnya aku mengalah.Saya antarkan ke tempat mandi umum.Mata airnya jernih.Bukan di sungai.Dia pun menikmati guyuran dari timba yang saya berikan.

Selesai mandi, istirahat.Tidur.Kelihatan kecapekan.Diajak makan tidak mau.Hanya minum the hangat. Jam 8 malam, terdengar suaranya menahan sakit. Kupegang lengannya.Panas. “Saya sudah mengingatkan, jangan segera mandi, karena masih berkeringat.Kamu nggak percaya,” kataku sambil duduk di sebelahnya.

 “Ya saya minta maaf,” jawabnya sambil menggigil.Nadanya memelas. 1 jam kemudian panasnya turun setelah saya mintakan obat ke teman perawat. Rencana perjalanan ke Samarinda tertunda satu hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar