tulisan ini berkisah tentang suka duka seorang guru dalam mengajar dan mendidik. Namun lebih banyak bercerita tentang pengalaman menajar di Bumi Dayak Benoa Kaltim
Sabtu, 11 Juni 2016
TAK INGIN SEKOLAH
"Saya sudah pasrah Pak. Kalau dinasehati tidak mempan. Sama saya beranio. Aanaknya memang keras," cerita ibu Akmal ketika dipanggil ke sekolah.
Akmal, anak pertama yang duduk di kelas 7 SMP. Anaknya terkenal nakal. Kata bapak ibu guru, kalau diberi pelajaran tidak pernah memeprhatikan. Ramai. Bahkan mengerjakan tugas pun tidak mau. Tetapi rajin masuk sekolah.
"Dulu tidak naik kelas ketika saya sekolahkan di MTs. Mogok setahun tidak mau bersekolah. Katanya malas terlalu banyak hafalan belajar agama," lanjut ibunya sambil menitikkan air mata.
"Saya bujuk agar mau bersekolah lagi, dan Alhamdulilah mau masuk ke SMP ini."
"Yang ditakuti di rumah siapa?" tanyaku makin penasaran. Kemaren saya datangi ke kelasnya. Saya cari siswa yang bernama Akmal kelas 7. Telinganya ditindik dengan bulatan warna hitam. Bibirnya ada tindik kecil.
"Ya itu lo Pak, di sekolah penampilannya seperti anak jalanan, dinasehati tetap saja," kata ibu guru yang saat itu berada di dalam kelas.
Kudekati dia. Kutanya, "Apakah tindiknya boleh dilepas?"
"Biar gaul lo Pak'" jawabnya percya diri.
"Boeh dipakai tetapi jangan di sekolah," bujukku
Tak kusangka diapun melepaskan dua tindik di leinganya dan satu di bibir bawahnya.
"Nah begitu tetep ganteng. Silakan dipakai kalau di luar sekolah,"
"Di rumah dimarahi ibuk lo Pak,"
"Makanya gak usah dipakai. Ibuk melarang karena ibuk tahu itu tidak pantas untuk kamu," kataku sambil tersenyum. Berharap dia dengan senang hati melepas tindik yang menempel di telinganya.
"Nanti ke kantor ya!"
"Untuk apa lo Pak, di sini saja,"
"Jangan, kalau di sini di dengar banyak temanmu, nggak nyaman kan?"
"Di sini saja Pak. Saya nggak apa ap ko. Nggak malu,"
"Okey saya tunggu di kantor," bujukku sambil meninggalkan kelas.
Kemaren dia mengumpat=umpat . Kalimatnya tidak enak di dengar ketika salah seorang bapak guru memnggilnya ke kantor. {anggilan yang kedua tidak mau datang.
Guru yang berada di depannya merasa tersinggung. Ada gurunya, seberani itu mengumpat. sehingga ketika rapat kenaikan kelas ibu guru tersebut menolak keras agar dia tidak dinaikkan.
Kutunggu sampai bel pulang, Akmal tidak datang juga ke kantir. Akhirnya dibuatkan surat panggilan orang tua. Dan hari ini ibunya yang datang sambil menggendong anak kecil yang belum berusia 1 tahun.
"Ketika saya tanya, kalau tidak naik lagi bagaimana? dia menjawab ggak apa- apa, katanya gak usah sekolah. Pengen bekerja," lanjut ibu Akma. Matanya makin berderai menangis. A anak dalam gendongaannya mulai rewel
Dia pun berdiri sambil mengayun anak dalam gendongannya. "
"Kalau sore sepulang sekolah dia bekerja Pak, di tetangga. Membuat sendok. Kalau malam kadang -kadang kelar pamit mau kerja. Saya juga takut, saya cari dimana dia pamit kerja. Ternyata bersama teman temannya yang usia di atasnya yang gak sekolah. Ikut menjaga pompa ban di dekat perempatan. Saya lega ternyata anak saya benar benar bekerja. Tapi saya juga nangis, karena tidak bersemangat untuk sekolah."
Bapaknya pergi ke Malaysia. Dulunya ketika bapaknya masih di rumah, Akmal penurut, rajin mengaji.
"Ketika dapat uang p[un ditunjukkannya ke saya. Dan saya sarankan untuk ditabung, Sekarang gak tau kenpa anak saya jadi seperti tiu. Mungkin salah pergaulan. Omonganya kasar. Penampilannya seperti anak jalanan,"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar