Kamis, 01 September 2016

IBUKU MEMBAWA BAPAK BARU

IBUKKU MEMBAWA SUAMI LAGI
Jam tujuh elwat sepuh menit. Anak laki laki kelas delapan a itu baru datang ke sekolah. Oleh guru pengajarnya dilarang masuk. Diminta surat ijin ke ruang guru.
“Mengapa kamu terlambat?” tanyaku datar.
“Terlambat bangun Pak!” jawabnya santai. Wajahnya agak kuyu. Kelihatan kurang tidur.
“Tidur jam berapa?”
“Jam 11 Pak.”
Hampir setiap malam dia keluar rumah. Berkumpul dengan teman-temannya. Acara “bakaran”. Bakar ikan lele, bebek, atau ayam. Membeli ayam siap bakar dengan cara patungan. Setelah itu pergi ke warung kopi sambil menikmati internet gratis yang disediakan oleh pemilik warung. Jam 11 malam baru pulang.
“Kamu nggak dimarahi oleh ayahmu?”
“Kalau ayah tahu ya dimarahi.”
Ternyata ayahnya menjadi TKI di Malaysia. Dia tinggal bersama kakek neneknya dan seorang pamannya.
“Ibumu kerja di mana?” tanyaku makin penasaran.
“Di Hongkong,” jawabnya pendek. Wajahnya berubah. Saya makin tak mengerti. Kusuruh melepas jaketnya yang masih menempel di tubuhnya. Kusilakan duduk di kursi di depn saya.
“Bapak di Malaysia, Ibumu di Hongkong. Tiap tahun pulang?”
“Nggak Pak. Ibu saya lama nggak pulang. Ketika saya kelas empat SD sempat pulangi. Membawa suami baru, orang Hongkog.”
Wajahnya memerah. Air matanya mentes. Jemarinya meremas ujung kain penutup meja yang berada di depannya.
Saya pun diam. Ingin kupeluk pundak anak itu. Tapi kutahan. Kubiarkan air matanya berlinang. Kubiarkan tangan kanannya mengusap derai yang membasahi pipinya.
Semoga bapak ibu guru tidak membiarkan dia dalam masalah pribadinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar