Minggu, 26 Juni 2016

PEKAN




PEKAN
Pekan?Di sini sangat haus hiburan.Tidak ada tontonan.Maka jika ada pecan, seperti pasar banyak pengunjung.Pekan adalah arena judi.Di sini selalu ada aneka macam judi.Tentu saja banyak orang berjualan.Bukan hanya warung nasi, tetapi juga ada penjual pakaian.
Pria wanita tua muda datang.Mereka datang dengan pakaian rapi dari pada hari – hari biasa.Di sini bisa memanfaatkan ajang perkenalan muda-mudi.
Judi pun bukan hobi pria.Cewek – cewek pun santai pasang judi. Mungkin karena terbawa adat nenek moyangnya.

ORANG DAYAK TAK BISA DIAM



ORANG DAYAK TAK BISA DIAM (THE DAYAK BENUAQ CULTURE)

Suku Dayak, khususnya ibu-ibu termasuk pekerja yang tak mau diam. Dimanapun kapan pun ada kesempatan, tangannya selalu bergerak menghasilkan sesuatu.

Dayak Benoa Tanjung isuy terkenal dengan kerajinan tenun ulap doyo.Ulap dari kata ulos yang berarti kain panjang. Doyo, adalah nama tumbuhan yang hanya tumbuh di sekitar Danau Jempang. Bentuknya seperti daun tunas kelapa, tetapi seratnya tidak ada yang keras. Tumbuh liar di hutan.

Daun itu diambil seratnya, dipintal, dan ditenun. Proses sebelum pemintalan ini memerlukan ketekunan. Dilakukan secara tradisional.Dijepit jari kaki, ditarik pakai tangan untuk dispisahkan seratnya.Kegiatan ini bisa dibawa kemana mana.Setiap ada acara, sambil mengbrol mereka memanfaatkan waktunya untuk mengurai serat daun doyo.Bahkan sambil menunggu tamu kehormatan di lamin adat pun mereka sempatkan untuk ini.

TEMPE BONTOK



TEMPE BONTOK

Tahu, tempe adalah makanan langka. Sayur ini ada, jika daerah sekitar berdekatan dengan daerah transmigrasi. Karena pembuat tahu tempe rata-rata orang Jawa.
“Enak kalau dekat trans, banyak sayur, ada tahu tempe, pasti murah,”
Kalimat itu dilontarkan oleh masyarakat yang jauh dari lokasi transmigrasi termasuk daerah Tanjung Isuy. Jika ada tahu dan tempe, didatangkan dari perjalana jauh. Lima atau enam jam melewati sungai dan danau. Wajar tempe cepat busuk. Karena termakan waktu.
“Pak Husen, kalau tempenya sudah busuk, diapakan?” Tanya saya kepada Pak Husen yang sering membawa dagangan sayuran dari Muara Muntai.
“Dibuang Pak Guru. Untuk apa? Bauk ,” jawab pak Husen yang juga punya penginapan di lantai dua rumahnya.
:Boleh saya minta Pak?” Tanya saya. Saya ingin membuat kejutan bahwa tempe bontok masih bisa dimanfaatkan.
“O Silakan pak Guru.Ambil saja.Untuk apa?”
“Bikin sambal Pak,” jawab saya sekenanya.
Esok sore saya kembali ke rumah Pak Husen. Ada dua bungkus botok kelapa bercampur tempe bontok, dan sebungkus kecil sambal tempe bontok. Pak ratno teman serumah yang asli Karanganyar Jawa tengah jagonya masak.
Sejak saat itu, kalau ada tempe bontok, selalau ditawarkan ke kami. Lumayan.Rejeki. Akhirnya kami pun berbagi resep pemanfaatan tempe bontok untuk makanan.

KEPOHONAN



KEPOHONAN

Malam itu selepas sholat magrib seperti biasa kami keluar rumah. Sekedar jalan-jalan mengelilingi kampong yang berbentuk tanjung .Perkampungan rapat berderet.Jika keliling kampong hanya sekitar satu kilo meter.
“Mari Pak, silakan diminum!” sapa Pak Gendok dengan ramah.Saya diajak mampir ke rumah Pak Gendok. Pak Seun teman guru SD akan pergi ke Samarinda. 

Pak Gendok adalah ojek perahu yang setiap subuh pergi ke Muara Muntai membawa penumpang.Untuk ikut Pak Gendok harus memberi tahu sebelumnya.Pagi-pagi menjelang subuh dibangunkan ditunggu di bawah.Ditunggu di bawah berarti ditunggu di tepi danau tempat perahu disandarkan.Ada dua ojek di sini. Pak Gendok orang kutai, dan Pak  Husen orang Banjar.

Dua ojek ini sangat membantu kelancaran transportasi tanjung Isuy Muara Muntai.Muara Muntai adalah kampong tepi Mahakam yang cukup ramai.Di sini merupakan pertemuan 3 kecamatan. Kecamatan Jempang, Kecamatan Muara Kedang dan Muara Muntai. Jika jalan raya darat, Muara Muntai semacam terminal.Kapal-kapal sungai Mahakam dari Samarinda selalu berhenti di sini.

Di Tanjung Isuy, khusunya di Kalimantan tidak mengenal mata angina. Tidak mengenal matahari terbit dari timur tenggelam di barat.Yang mereka kenal adalah hilir hulu atas bawah.Atas adalah di darat, bawah di laut.Laut yang dimaksud adalah tepi sungai atau tepi danau.

“Ya Pak, terima kasih,” jawab saya penuh tanda Tanya.Rencana ingin cepat sampai ke bawah, bertemu teman di dekat danau.Rumahnya memang di tepi danau.Tapi diberi minuman the yang baru dituang dari termos panas. Tidak ada piring kecul untuk menuangkan air panas agar cepat dingin.

“Maaf Pak, saya harus segera ke bawah. Telanjur janji, penting,” dengan terpaksa saya menolak minuman yang dituangkan di gelas. Hampir setiap rumah menyediakan air the manis di termos air panas. Disiapkan di ruang tamu yang berbentuk lantai beralas tikar.Jika ada tamu, langsung dituangkannya the ke gelas.Jarang sekali mereka minum kopi.

“Pak Guru, nyantap dulu, kemponan ndia,”  saran Pak gendok serius.
Saya tidak mengerti.Pak Seun menyentuh gelas the yang ada di hadapan kami.Ujung jarinya disentuhkan, kemudian dijilatkan sedikit ke lidahnya.

“Ayo nyantap, Kepohonan nanti,” saran Pak Seun.Saya pun mengikuti. Tak memahami apa maksudnya.
Nyantap adalah mencicipi makanan walau sedikit. Meskipun setetes air atau sebutir nasi harus dilakukan. Masyarakat yakin jika ditawari makanan harus menerima. Jika menolak, akan tertimpa bencana. Bencana itu bisa berupa kecelakaan atau musibah yang lain yang kita tidak bisa menduga. Akhirnya saya bisa melakukan nyantap agar tidak kepohonan.Jika ditawari makanan dan saya tidak menerima karena kenyang, saya ambils edikit makanan itu dan mencicipi untuk saya nikmati.

MC BERBAHASA DAYAK



MC BERBAHASA DAYAK

Malam itu tampil kesenian dari dua kecamatan, termasuk dari Kecamatan Jempang kontingan yang saya ikuti.Semua penari telah siap. Mereka terbiasa menari di depan umum, dilihat turis, dilihat tamu-tamu. Sedangkan saya, baru kali ini tampil di panggung tingkat Kabuapaten.

Sebenarnya sudah ada MC dari pantia Kabupaten Kutai.Tetapi bapak Drs Paul Usat Liban Camat Jempang menghendaki saya juga tampil.Memandu acara berbahasa Dayak Benoa.

Tak saya sangka, kemampuan saya berbahasa Dayak membuat teman-teman bangga.Ada yang melambaikan tangan dari jauh.Saya tidak mengetahui siapa mereka.Sebelum tarian keluar, saya informasikan tentang Tanjung isuy dan makna tariannya.Menterjemahkan tari berbahasa Dayak.Barulah disambung oleh MC kabupaten.Nebdadak tanpa persiapan kami duet.

Pagi hari kami berjalan jalan melihat stnd pameran.. Tiba-tiba ada dua orang setengah baya menjabat tangan saya dan berkata dengan bahasa dayak. “Wah tadi malam bagus.Kami warga Dayak suka.Kita (kamu) katanya dari Jawa. Tapi bisa bahasa Dayak Benoa,” 

Baru kenal.Sudah akrab.Saya pun bangga dengan respon mereka.Apalagi, di tempat kami menginap.Mereka membicarakan pentas yang sukses. Bangga dengan bahasa dayak yang saya tampilkan dipanggung memandu acara. Bangga ada orang Dayak bisa menjadi MC di kabupaten.

DISANGKA ORANG DAYAK



DISANGKA ORANG DAYAK

Erau.Adalah pesta adat semua suku di Kutai.Festifal seluruh kecamatan se kabupaten.Acara itu menjadi ikon Propinsi Kalimantan Timur.Pengunjung dari Sanarinda dan Balikpapan pun berdatangan.Acara hanya setahun sekali.Di Museum Mulawarman.Bekas istana raja-raja Kutai.

Bekal punya pakaian adat dan bisa menari (padahal hanya satu tari selamat datang) membuat saya ikut menjadi kontingen adat Kecamatan Jempang. Saya berada paling depan membawa papan nama. Semua peserta laki-laki dibelikan celana dalam warna merah, senada dengan warna pakain.Saya menolak kalau hanya memakai celana dalam dan “cawat” (kain pakaian bawah laki-laki Dayak.Saya pun memakai celana pendek.Tentu berbeda dengan mereka.Apalagi kulit saya paling gelap diantara mereka yang kulitnya putih seperti ras Cina.

Teman-teman pengunjung dari Jawa yang kebetulan melihat juga terkejut saya ikut kontingen. Pawai berkeliling kota kecil itu. Banyak penonton yang meinta foto bersama saya.Mungkin karena saya membawa tylisan “Kecamatan Jempang”.Tapi dalam hati saya, kasihan mereka.Dikira saya suku Dayak. Untuk melengkapi penyaran saya, jika saya diajak foto bersama, selalu menyempatkan ngomong dengan teman-teman berbahasa dayak.