Selasa, 08 Maret 2016

PANTI ASUHAN PENDERITA HIV

Tulisan ini merupakan catatan kecil namun bermakna besar.
Saya katakan bermakna besar, karena ultah yang semula tak ingin saya rayakan, namun saya rayakan juga. Walau bentuknya berbeda. Berbagi kasih berbagi kisah dengan penghuni panti asuhan yang sangat istimewa.
Istimewanya? mereka adalah penderita HIV bawaan dari lahir. Bawaan dari orang tuanya. Bawaan dari ibu kandungnya..
Mereka tidak minta dilahirkan dengan keadaan penyakit HIV, mereka tidak mengerti apa-apa. Mereka tidak berdosa.
Tapi mengapa mereka dikucilkan? Mengapa mereka dianggap bencana?
Semoga tulisan kecil ini menggugah pembaca bahwa mereka perlu pertolongan. Mereka perlu motivasi. Mereka bukan wabah menular.


Membantu anak-anak penderita HIV. Mungkin satu-satunya di Indonesia.


Ayo dik, bubuk.... bujuk salah seorang penghuni panti asuhan kepada bayi yang belum genap 3 tahun. Dibelainya rambut anak kecil itu, dirayunya agar mau tidur. Dia bukan adiknya. bukan siapa siapa. Tapi kasih sayangnya tumbuh secara alami. Tanpa tendensi apa-apa.

Yang lebih besar, tidak sempat makan. Dia menikmati nasi goreng bikinan bapak yang agak pedas. Anak-anak yang lebih kecil sudah makan duluan. Dengan lauk abon dari ibu asrama. Tapi baru saja menikmati makanan, adik-adik kecil pun datang minta disuapi. Tak ada rasa marah. Dia punn menyuapai mereka secara bergantian. Ceria wajah-wajah si kecil. Iklas terpancar wajah yang lebih besar. Indahnya k=ikatan persaudaraan mereka./

Yang sudah kenyang merebahkan diri sambiol mengelus perutnya, Yang belum kenyang tetap asyik menunggu suapan dario kakaknya. Bukan kakak kandung. Hanya bertemu di panti asuhan.. Sang kakak rela menahan lapar demi adik adiknya. Padahal baru kelas 3 SD. Padahal adik-adiknya juga baru makan.



Mandiri. makan sendiri. Tanpa disuapi. Sepiring nasih hangat pun habis. Usia 3 tahun bisaa makan sendiri. Ditempa keadaan oleh panti asuhan. Tak peduli bapak ibu kandungnya siapa.


Belajar makan s endiri. Ditunggui bapak panti.. Tanpa bentakan. Tanpa belaian.



Bapak panti asuhan tidak kebagian lauk. Akhirnya menggoreng nasi. 
Tapi ketika menikmati nasi goreng, anak-anak datang minta disuapi. Padahal mereka baru saja makan, bahkan ada yang tidak menghabiskan jatah makannya.
"Apa nggak kepedasan Mas?" tanyaku melihat anak-anak disuapi.
"jamu-jamu nggak apa apa ya biar cepat gede," jawab Bapak Panti Asuhan sambil menyuapi mereka dengan senyuman. Pedas nggak apa-apa, untuk obat biar cepat besar. 
Dengan telaten bapak menyuapio mereka yang datang bergantian. Setelah tidak ada yang datang barulah melanjutkan menikmati nasi goreng masakan bapak panti.



Yang masih kecil disuapi ibu panti asuhan. Ternyata ibu panti asuhan juga penderita HIV. Ketularan dari siaminya. Suaminya meninggal setelah terapi 2 tahun. Alhamdulilah anaknya negatif. Sambil mengasuh anaknya, sambil merawat dirinya, dinikmatinya sakitnya untuk membantu sesama penderita HIV. Dia ibu baik-baik, bukan "nakal" seperti sangkaan orang. Suaminya yang suka "jajan" dan menularkan penyakit dari hasil "jajan" ke istrinya.


Usianya belum 4 tahun. Makan s endiri. Ketika ada nasi yang tercecer, dengan telaten mengambili dan membersihkannya. Hebatnya pengasuh panti asuhan. Bisa mendidik mereka bisa mandiri.




Ketika minta foto, dia lari mendekati temannya yang paling kecil. Dipeluknya, dicoumnya. Menunjukkan betapa tulusnya cintanya pada penghuni panti asuhan yang di sini belum sebulan. Mengajak dia untuk kuat dan tegar seperti dirinya.


Mereka ceria. tak memiliki beban apa-apa. Mereka pun tak tahu mengapa harus berada di panti asuhan ini. Yang dia tahu bermain, tertawa bersama teman-temannya. Ruitinitas minum obat pagi dan sore. Minum obat sendiri, hafal dengan obatnya masing-masing. Pengasuh panti hanya mengawasi dan mengingatkan ketika saatnya minum obat.



Wajah tanpa ekspresi. Jarang tersenyum. Jarang berbicara. Sesekali berdiri berjalan. Ssesekali menangis tak tahu sebabnya. Belum sebulan di poanti asuhan. Dia diambil relawan dari sebuah keluarga yang tidak menghedakinya dia lahir. Ibunya meninggal menderita HIV. Hanya bersama neneknya yang tua.
Mengapa diajak ke sini? merawat penderita HIV perlu perlakuan khusus. Perlu motivasi. Perlu ketelatenan dalam pengobatan.


ada yang ceria bermain dengan temannya. Ada yang berbaring di kuris sendiri entah memikirkan apa. hanya anak-anak yang bisa menjelaskannya.
Atau mereka pun tak mampu menjelaskannya mengapa terlahir sebagai penderita HIV AIDS yang tidak diketahui itu penyakit apa. 



Ketika ada yang meangis dan sulit dihentikan, Bapak panti punya cara khusus, Direkamnya yang nangis, kemudian diputar hasil rekamnya di hadapan teman-temanya. Mereka tertawa tawa melihat hasil rekaman itu. Dan yang nangis pun ikut tertawa pula melihat wajah nangisnya yg lucu.


Saat menjelang tidur. M<ereka mengambil bantal dan gulingnya masing-masing. Yang besar menyuapkan kasur, Bapak Ibu Asrama mengingatkan tempat tidur mereka masing-masing-masing.
Ada pandangan yang istimewa. Bayi yang belum 3 tahun itu masih minum susu di botol.
Ketika menjelang tidur, dia memangis seperti merintih. Tapi dibiarkan saja oleh ibu asrama. Mungkmkin masih adap tasi, biasanya dalam pelukan neneknya. Kini harus tidur dengan kesendiriannya. tanpa kehangatan dalam tugunya. Tak sampai 5 menit sudah tertidur

Namun tak lama kemudian, dia terbangun. Menangis. Bantal dan bajunya basah. Muntah. Susus yang diminum terlalu banyak.
Ibu membersihkan bajunya dan mengganti yang bersih. Bapak membersihkan tempat tidurnya yang basah
Bukan anaknya, bukan siapa siapa. tapi ada kasih sayang yang tak terbaca.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar